NAMA : ANA CONSTANCIA DA COSTA NETO
NIM : 01210038
PELANGGARAN ETIKA DALAM BIDANG BISNIS
PENDAHULUAN
Salah satu aspek yang sangat populer
dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis ini adalah norma dan etika
bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua
unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan maju atau
mundurnya perusahaan.
PERMASALAHAN
Dalam berbisnis bukan hanya
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, tapi ada yang lebih penting yaitu
kita harus mempertahankan bisnis supaya tetap berjalan lancar, salah satunya
menjaga hubungan dengan relasi bisnis supaya bisnis tidak terputus, yaitu
dengan cara bersikap jujur, tidak mendzolimi, dan tidak melakukan penipuan.Apa
yang terjadi ketika ada yang melanggar etika bisnis? dampaknya adalah ketidak
percayaan dari relasi bisnis atau konsumen sehingga akan mematikan bisnis itu
sendiri.Berikut ini contoh beberapa pelanggaran etika berbinis :
Contoh Pelanggaran etika bisnis
Sebuah perusahaan P karena kondisi
perusahaan yang pailit akhirnya memutuskan untuk melakukan PHK kepada
karyawannya. Namun dalam melakukan PHK itu, perusahaan sama sekali tidak
memberikan pesongan sebagaimana yang diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
a) SEBAB/ANALISA: Dalam kasus ini perusahaan P dapat dikatakan
melanggar prinsip kepatuhan terhadap hukum, karena perusahaan tersebut
melakukan pemecatan sesukanya tanpa memberikan pesanggon. Jadi, kasus diatas
pelanggaran etika bisnis terhadap hukum.
b) SARAN: Sebaiknya semua perusaahan harus dikenakan sanksi
apabila melanggar atau memperlakukan karyawannya secara seenaknya, karena semua
sudah diatur didalam undang-undang agar perusahaan tersebut kapok dan tidak
melakukan perbuatannya lagi.
Etika, pada dasarnya adalah suatu
komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar.
Oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan ‘apa yang benar’ dan ‘baik’
untuk menentang apa yang ‘salah’ dan ‘buruk’. Etika bisnis sangat penting untuk
mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa demikian? Karena semua keputusan
perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pemilik kepentingan.
Pemilik kepentingan adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan
berpengaruh terhadap keputusan perusahaan. Ada dua jenis pemilik kepentingan
yang berpengaruh terhadap perusahaan, yaitu pemilik kepentingan internal dan
eksternal. Investor, karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan merupakan
pemilik kepentingan internal, sedangkan pelanggan, asosiasi dagang, kreditor,
pemasok, pemerintah, masyarakat umum, kelompok khusus yang berkepentingan
terhadap perusahaan merupakan pemilik kepentingan eksternal. Pihak-pihak ini
sangat menentukan keputusan dan keberhasilan perusahaan. Yang termasuk kelompok
pemilik kepentingan yang memengaruhi keputusan bisnis adalah:
1. Para pengusaha/mitra usaha,
2. Petani dan pemasok bahan baku,
3. Organisasi pekerja,
4. Pemerintah,
5. Bank,
6. Investor,
7. Masyarakat umum, serta
8. Pelanggan dan konsumen.
Selain kelompok-kelompok tersebut di
atas, beberapa kelompok lain yang berperan dalam perusahaan adalah para pemilik
kepentingan kunci (key stakeholders) seperti manajer, direktur, dan kelompok
khusus.
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa loyalitas pemilik kepentingan sangat tergantung pada kepuasan
yang mereka peroleh.. Oleh karena loyalitas dapat mendorong deferensiasi, maka
loyalitas pemilik kepentingan akan menjadi hambatan bagi para pesaing.” Ingat
bahwa diferensiasi merupakan bagian dari strategi generik untuk memenangkan
persaingan .
Selain etika dan perilaku, yang
tidak kalah penting dalam bisnis adalah norma etika. Ada tiga tingkatan norma
etika, yaitu:
a. Hukum, berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur
perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur
standar perilaku minimum.
b. Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arahan khusus
bagi setiap orang dalam organisasi dalam mengambil keputusan sehari-hari. Para
karyawan akan bekerja sesuai dengan kebijakan dan prosedur
perusahaan/organisasi.
c. Moral sikap mental individual, sangat penting untuk
menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral
dan sikap mental individual biasanya berasal dari keluarga, agama, dan sekolah.
Sebagaiman lain yang menentukan etika perilaku adalah pendidikan, pelatihan,
dan pengalaman. Kebijakan dan aturan perusahaan sangat penting terutama untuk
membantu, mengurangi, dan mempertinggi pemahaman tentang etika perilaku.
Siapakah pihak yang bertanggung
jawab terhadap moral etika dalam perusahaan? Pihak yang bertanggung jawab
terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena itu, ada tiga tipe
manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu:
1. Manajemen Tidak bermoral.
Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakkan manajemen immoral adalah kerakusan/ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen tidak bermoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji di bawah upah minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta, dan sebagainya (Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura Formation, 1996, hal. 21).
Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakkan manajemen immoral adalah kerakusan/ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen tidak bermoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji di bawah upah minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta, dan sebagainya (Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura Formation, 1996, hal. 21).
2. Manajemen Amoral. Tujuan utama dari manajemen amoral adalah
laba, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara
kunci yang membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum
atau norma etika. Yang terjadi pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam
mengambil keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam
mengambil keputusan. Salah satu conoth dari manajemen amoral adalah penggunaan
uji kejujuran detektor bagi calon karyawan.
3. Manajemen Bermoral.
Manajemen bermoral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.
Manajemen bermoral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.
PENUTUP
Etika bisnis di sini sangat penting
karena dapat menguntungkan berbagai pihak, baik perusahaan itu sendiri,
karyawan, dan yang bersangkutan dengan perusahaan tersebut. Dan juga memberikan
kepuasan kepada yang bersangkutan dengan perusahaan tersebut. Dan dapat
mengatur persaingan antara perusahaan yang satu dengan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar